Kamis, 27 Januari 2011

Percintaan kempompong

Setiap melihat kepompong di daun palem di teras rumahku aku selalu ingat
kata-kata kekasihku: kita, kau dan aku, adalah kepompong, yang menunggu waktu untuk lepas dari bungkusnya dan terbang menjadi kupu-kupu, belalang, atau mungkin burung jiwa.
"Aku lebih suka kupu-kupu. Dengan sayap-sayap bercahaya kita akan terbang ke langit," ujar kekasihku, penuh imajinasi..
Tetapi, aku merasa terlalu lama jiwaku tidur di dalam kepompong itu, entah berapa abad. Namun, kekasihku yakin, makin lama kita bersemayam di dalamnya, akan makin matanglah jiwa kita, dan makin perkasa pula raga kita. "Kalau kau jadi kupu-kupu, kau akan jadi kupu-kupu yang kuat. Kalau kau jadi belalang, akan jadi belalang yang perkasa," katanya.
Tapi, bagaimana kalau kita tidak menjadi apa-apa, atau bahkan mati di dalam kepompong itu, karena tidak punya kekuatan lagi untuk melepaskan diri dari kungkungan derita. "Ah tidak. Kita sedang berproses," katanya. "Kita harus jalani proses itu untuk menjadi."
Untuk menjadi? Menjadi apa? Aku tidak tahu jawabannya, sebab aku tidak punya cita-cita. Aku ingin hidup mengalir saja bagai air, berembus bagai angin, menyebar bagai pasir, meresap bagai garam, menyusup bagai rumput-rumput jiwa.
Tetapi, seperti kata kekasihku, aku jalani juga hidupku sebagai proses proses untuk menjadi. Aku jalani hari-hari manis, juga hari-hari pahit, bersama orang-orang yang bersentuhan denganku, bersama jiwa-jiwa yang bersedia berbagi. Kuliah, pacaran, bekerja, membangun karier, bertahun-tahun, berabad-abad, sampai serasa lumutan.
Tapi, aku sungguh tidak tahan menghadapi tahapan membujang terlalu lama takut menjadi bujang lapuk. Maka, aku pun menikah begitu menemukan gadis yang aku sukai dan bersedia berbagi meskipun lebih banyak berbagi duka sebelum kuntuntaskan cintaku padanya. Sementara, kekasihku begitu tahan menjalani tahapan itu, membujang begitu lama, setidaknya sampai kami bertemu lagi di Jakarta.
"Aku ingin kukuh dalam cinta, cinta pertama," katanya. Aku terkejut sekaligus terpana. "Bukankah kita masih dalam kepompong cinta yang sama? Sayap-sayap kita sedang tumbuh untuk bisa terbang sebagai kupu-kupu, bersama," tambahnya. Imajinatif sekali. Melebihi imajinasi seorang pujangga.
"Tapi aku sudah menikah dan punya anak. Aku bukan lagi yang dulu," kataku. "Masuklah kembali engkau ke dalam kepompongku untuk bercinta seperti dulu," katanya.
"Tapi, bagaimana dengan kepompongku?"
"Buang saja. Tidak ada gunanya. Ia telah pecah oleh perkawinanmu yang tanpa cinta itu."
"Apa? Tanpa cinta? Ah... kau keliru. Aku mencintai istriku."
"Bagaimana engkau bisa berkata begitu jika cintamu tertinggal di sini, di dalam kepompongku. Tiap saat aku dapat merasakan denyutnya."
Aku ingin membantah kata-katanya, bahwa aku benar-benar mencintai istriku, meskipun pada saat yang sama juga mencintai kekasihku. Bukankah lelaki biasa membagi cinta, sebab kodrat lelaki memang poligamis? Karena itu, meskipun aku telah memberikan cinta pada istriku, masih bisa juga aku mencintainya. "Aku masih mencintaimu. Aku masih berhasrat menyatukan jiwa dalam kepompong cintamu," kataku akhirnya.
Sejujurnya, aku memang tidak dapat membohongi hati kecilku bahwa aku menikah bukan semata-mata karena cinta. Tapi, lebih karena tanggung jawab dan kewajiban. Aku memang mencintai istriku, tapi hanya dengan setengah hatiku. Sebab, seperti kata kekasihku, separuh cintaku masih tertinggal dan berdenyut di dalam kepompongnya.
Dan, begitulah. Hari-hari kulalui dalam percintaan ganda. Di rumah aku
bercinta dengan istriku, berkasih sayang dengan anak-anakku, dan membangun kehidupan sakinah dengan mereka. Pada hari-hari tertentu aku mengimami shalat mereka, dan menemani mereka membaca Alquran dalam kasih sayang Yang Maha Kuasa. Tetapi, di luar rumah aku selalu rindu untuk memasuki kepompong cinta kekasihku, memenuhi yang belum terpenuhi, mencintai yang belum tercintai.
Kadang-kadang, bosan bermain kata-kata dalam imajinasi-imajinasi indah itu ini yang selalu aku lakukan sambil menatap wajahnya yang ayu dan senyumnya yang bagai irisan salju kami menciptakan kepompong dari selimut tebal di suatu tempat yang sejuk dan sepi.
"Saatnya kita masuk ke dalam kepompong yang sebenarnya," katanya tiap kali kami merentangkan selimut tebal seperti biasa.
Dan, kami pun berada di dalam selimut yang menutup sejak ujung kaki sampai ujung rambut kami. Seperti dulu, ketika kami masih sama-sama di Yogya, aku kembali merasakan hangat tubuhnya, degup jantungnya, lembut nafasnya, dan harum rambutnya.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanyanya.
"Kita tidur seperti bayi kupu-kupu sampai sayap-sayap kita tumbuh dengan perkasa untuk terbang ke langit bersama," kataku.
"Apakah kau masih tidak ingin menikmati keperawananku."
"Siapa tidak ingin menikmati keperawanan gadis secantik kau? Tapi, tidak. Aku tidak ingin merampas hak suamimu. Siapapun dia, kelak. Aku lebih suka menjaga kemurnian cinta kita, tanpa seks!"
"Kau memang lelaki yang luar biasa."
"Luar biasa bodohnya, maksudmu?"
"Ha ha ha…!"
Kekasihku tertawa di dalam selimut, cukup keras, hingga kepompong cinta kami serasa bergetar mau pecah. Tentu, menertawai kebodohanku. Tetapi, anehnya, sepuluh tahun lebih, dia tetap sabar mempertahankan cintanya pada lelaki bodoh seperti aku. Bukankah itu berarti dia, kekasihku, juga bodoh sepertiku? Ya, mau-maunya dia terus mencintai lelaki yang tidak mungkin lagi mengawininya, karena sudah beristri dan beranak. Apakah cinta memang misteri yang sulit dipahami, yang sulit ditolak kehadirannya dan sulit diusir pergi? Atau, kami memang orang-orang aneh yang ingin terus bercinta sebatas keindahan imajinasi?
Sebagai wanita karier yang cukup jelita bukannya tidak pernah ada lelaki lain yang menginginkan kekasihku. Banyak. Banyak sekali. Beberapa kali aku pun perah memergoki dia berjalan dengan seorang lelaki di suatu mal atau lobi bioskop. Tetapi, lagi-lagi, tiap kali kupergoki begitu, tidak lama kemudian dia langsung meneleponku bahwa lelaki itu hanya kawan biasa.
Suatu hari pernah pula aku melihat kekasihku dikejar-kejar oleh seorang manajer tempatnya bekerja. Aku dengar lelaki itu sangat tertarik padanya. Kekasihku didekati dengan sedannya yang mulus, dibukakan pintu dan dipersilakan masuk. Tetapi, dengan halus kekasihku menolaknya. Dan, ketika kutanya mengapa, kekasihku hanya menjawab, "Aku masih suka tidur sebagai bayi kupu-kupu di dalam kepompong cinta kita."
Kadang-kadang aku merasa khawatir juga, jangan-jangan kekasihku benar-benar menunggu lamaranku untuk kunikahi. Sebab, suatu hari ia pernah mengatakan, "aku sering merasa diciptakan hanya untukmu." Dan, bukannya aku tidak berani melamar dan menikahinya, atau bermaksud sengaja mempermainkannya. Sama sekali tidak! Tetapi, lebih karena aku sudah memiliki anak dan istri, dan sejujurnya belum punya nyali untuk berpoligami. Kadang-kadang, aku ingin nekat saja menikahinya sebagai istri kedua. Tetapi, tiap aku menatap wajah istri dan anak-anakku yang polos-polos yang tidak berdosa, yang saat tidur seperti menyerahkan seluruh nasibnya padaku, aku menjadi tidak sampai hati melakukannya. Aku tidak tega membayangkan keluargaku, yang aku bina sepuluh tahun lebih, tiba-tiba tercerai berai karena pernikahan keduaku.
Tetapi, bagaimana kalau kekasihku memang benar-benar menungguku, dan terus menungguku bertahun-tahun lagi, berpuluh-puluh tahun lagi, berabad-abad lagi, sampai hilang seluruh kecantikannya secara sia-sia? Bukankah itu artinya aku menyia-nyiakannya? Bukankah itu artinya aku juga berdosa?
Read more »

kisah sama pcr 5

Sedikit curhat ah, kebetulan lagi ngejomblo pengen banget ngulas masa lalu bersama mantan. Dari pacar pertama sampai pacar terakhir, berbagi cerita kebaikan mereka dan keburukan mereka juga dan penyebab berakhirnya hubungan gw sama mereka. Yang gak mau bacaan yang melow-melow mending tarik scrooll anda ke halaman lain hahahaha, dari pada membacanya membuat anda ingusan, kudisan dan kurapan. Gw Cuma mau sharing aja, daripada membahas isu miyabi yang gak jelas, mending ngebahas si juragan blog ini bercerita.
Pacar pertama
Pasti yang namanya pacar pertama sangat berkesan, susah dilupain sampai sekarang. Pertama kalinya gw punya pacar, betapa senangnya, mirip seorang gadis diberikan kancut baru oleh emaknya. Gw pacaran pertama kali ketika duduk di kelas 1 SMP, masih muda ya. dia yang mancing gw untuk ditembaki, akhirnya gw jadian sama dia, gadis yang bernampilan rada desa ini sangat menarik buat gw, kita hobi gowes sepeda dan minum susu, contoh pacaran yang sehat. Kita jadian sampai hampir 3 bulan. Putusnya pun culun, selama 2.5 tahun gak ada kabar karena gw cuekin dia akibat gw diomelin dia waktu ketemu diwarnet, waktu itu gw cuek sama dia kaya pura-pura ga kenal, dan ketemu lagi pas gw kelas 2 SMA plus kita nyatain putus, padahal gw udah punya pacar berapa kali saat itu. Cinta pertama yang unik, gak bakal bisa gw lupain sampai punya cucu.
Pacar kedua
Setelah putus hubungan dengan pacar pertama, gw menjalin cinta dengan pacar kedua waktu kelas 2 SMP. Kali ini basic pacaran udah gw pahami, Cuma masih saja gw gak bisa berkata apa-apa kalau dideket dia. Dia, cantik juga, manis lah, walaupun tinggalnya dipelosok kampung nan jauh dari komplek gw tapi gw suka dia karena dia terima gw apa adanya. Kisah cinta Yang ini unik juga bro, asal kita pulang sekolah bareng, gak ada kalimat yang kita terlontarkan menemani perjalanan kita pulang kecuali kata “awas tai kucing” atau “haus ya”, atau “besok hari apa?” dan “eh…..”. sepanjang jalan kita pulang banyak orang yang mencibir hubungan kita, “woelah anak kecil udah pacar-pacaran”. Kok tahu gw sama dia pacaran, padahal gw gak ada tampang gw pacaran sama dia kok. Hubungan kita selama 6 bulan itu harus berakhir tanpa kata putus, gw yang cuekin dia karena sering banget bahas mantannya dia lewat surat, dan pernah sekali ketahuan mantannya main kerumah dia, males deh….
Pacar ketiga
Pacar ketiga ini gak mau gw sebutin pacar, mungkin TTM kali ya, tapi dia anggap gw pacarnya tapi gw gak boleh anggap dia kekasihnya. Bingung?, ya pastilah kawan. Gw jadian sama dia waktu pertengah kelas 3 SMP, dia cantik, sunda-sunda gitu, dan yang gw suka adalah suaranya mirip sherina munaffik. Pertama kalinya gw ngerasin dipeluk cewek ya sama dia, anget bro, walau ada sesuatu yang aneh dibagian celana gw hahahahaha celana jadi sempit. Wajarlah lelaki….. gw jadi teman curhat dia, teman segala aib-aib dan kekecawaan dirinya terhadap keluarganya. Banyak temen-temen gw yang tahu gw pacaran sama dia padahal udah sangat gw rahasiain agar tidak ada pihak tidak bertanggung jawab mengetahuinya. Kita putus baik-baik waktu perpisahan SMP, dia akan melanjutkan SMA ke kampungnya dan mungkin akan mencari kekasih lain disana.
Pacar keempat
Pacar keempat ini agak-agak gak niat, yang sebenarnya dalam kisah ini adalah gw salah nembak orang waktu kelas 1 SMA. Emang dasar keburu nafsu pengen pacaran, main ngasih cinta keorang lain aja. Waktu itu ada dua cewek yang suka sama gw, cewek a dan cewek b, pas gw liat cewek a wah cantik banget dan ternyata yang sangat ngebet pacaran sama gw cewek b, gw liatnya Cuma cewek a saja yang gak tahunya cewek b duduknya deket dengan cewek a. Temen gw nawarin “mau gak?”, gw langsung ucapkan “sangat” sambil lidar menjulur. Akhirnya temen gw ngadain pertemuan dengan cewek tersebut, tapi ternyata yang dimaksud temen gw si b, yang gw kira nama si b itu adalah si a. Haahhahaha ya karena dia (si b) yang nembak gw, ya gw terima aja. Gak lama tersirat kabar si a sedih bukan main, sebenarnya si a nunggu ditembak gw walaupun responnya cuek banget. Gw pacaran selama 4 bulan lebih 20 hari dengan si b, putusnya karena si b yang chubby ini ngekang-ngekang gw ngeband, main sama si anu dan ngelabrak cewek anak baru.
Pacar kelima
Ini merupakan kisah panjang gw berpacaran, setelah putus dengan si b, gw jadian sama dia waktu kelas 2 SMA. Dia cantik, manis dan dia itu adalah anak baru yang dilabrak si b waktu dulu. Sampe gw jadianpun si b terus ngelabrak dan fitnah macem-macem, maklum dia sakit hati karena cinta gw berpaling. Gw bisa jatuh hati sama dia, karena diajak ngobrol musik nyambung, enak buat ngobrol dan gak suka dandan. Hubungan kita selama 5 tahun juga ga mulus2 banget, ada pertengkaran sengit dan kecemburuan yang sangat mendalam. Gw udah putuskan untuk menikahi dirinya pada tahun 2010 nanti, tapi apa daya, Tuhan berkehendak lain, dia ketahuan selingkuh selama 6 bulan oleh pemuda asal kampungnya yang tak lain teman dekatnya semasa kecil. Gw gak pernah selingkuh sama dia (kecuali selingkuh hati hahahaha) dan gw udah menjalani hal ini serius justru dibuat ketidakbaikkan yang menyakitkan hati begitu perih. Akhirnya ortu gw untuk membatalkan pernikahan, sampai saat ini belum ada kabar dari dia lagi dan orang tuanya yang menurut kabar gak mau anggap dia anak lagi karena malu sama keluarga gw. Pantas saja selama 6 bulan terakhir itu dia mesra banget sama gw, hobi meluk gw dimanapun dan kapanpun, ya sayang2 banget gitu deh, ternyata perilaku tersebut hanya untuk menutupi tindak perselingkuhan dirinya, kalau dia berperilaku dingin pasti gw udah curiga. Ya untung Allah sudah memberitahukan sebelumnya, coba gw nikah sama dia tapi dia masih jadian sama tuh cowok, wah kumpul kebo lah dia nantinya. Secara jujur dia lebih memilih cowok tersebut karena dia itu sangat-sangat perhatian dari gw, ya wajarlah perhatian namanya juga hubungan mereka baru. Ya sudahlah, dia lebih mencintai cowok itu yang kerjanya hanya serabutan dipasar dan anak dari bekas tukang pukul kaka iparnya. Selamat menikmati mantanku……
Dibalik itu semua terdapat pelajaran penting buat gw, cinta pertama adalah pelajaran bagaimana kita harus mencintai seseorang dengan semestinya. Cinta kedua adalah cinta itu perlu komunikasi dan terbuka. Cinta ketiga adalah tak selamanya cinta memiliki. Cinta keempat adalah jangan salah nembak orang dan jangan mau duniamu diambil oleh dunianya dan cinta kelima adalah sebuah kisah panjang diakhiri kebohongan perasaan, jangan terlalu percaya walaupun dia berjilbab ataupun rajin solat.
Read more »

Jumat, 21 Januari 2011

anak yang berbakti kepada orang tua

"Setiap anak dilahirkan dalam keadaan yang fitrah (Islam), maka orang tuanya yg menyebabkan dia menjadi Yahudi, Nasrani atau Majusi." (HR Bukhari)

Saat Rasulullah SAW sedang thawaf, Rasulullah SAW bertemu dg seorang anak muda yg pundaknya lecet-lecet. Setelah selesai thawaf, Rasulullah SAW bertanya kepada anak muda itu: "Kenapa pundakmu itu?" Jawab anak muda itu: "Ya Rasulullah, saya dari Yaman, saya mempunyai seorang ibu yg sudah udzur. Saya sangat mencintai dia & saya tidak pernah melepaskan dia. Saya melepaskan ibu saya hanya ketika buang hajat, ketika sholat, atau ketika istirahat, selain itu sisanya saya selalu menggendongnya". Lalu anak muda itu bertanya: "Ya Rasulullah, apakah aku sudah termasuk ke dalam orang yg sudah berbakti kepada orang tua?" Nabi SAW sambil memeluk anak muda itu & mengatakan: "Sungguh Allah ridho kepadamu, kamu anak yg soleh, anak yg berbakti, tapi anakku ketahuilah, cinta orangtuamu tidak akan terbalaskan olehmu". Dari hadist tersebut kita mendapat gambaran bahwa amal ibadah kita ternyata tidak cukup untuk membalas cinta dan kebaikan orang tua kita, namun minimal kita bisa memulainya dgn menjadi anak yang soleh, dimana doa anak yang sholeh kepada orang tuanya dijamin dikabulkan Allah.

Dari Abu Hurairah (ra), berkata: Telah bersabda Rasulullah SAW: Apabila wafat seorang hamba (manusia) maka terputuslah segala amalannya kecuali 3 perkara: shodaqah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak yang salih yg mendoakannya. (HR Muslim)

Allah SWT menjadikan alam dunia ini sebagai alam beramal. Di alam inilah manusia harus bersungguh-sungguh membuat perbekalan untuk kebahagiaan hidupnya di akhirat nanti. Sedangkan alam akhirat adalah alam pembalasan. Manusia akan mendapat ganjaran di akhirat nanti sesuai dgn usaha mereka di dunia ini, jika baik berbahagialah ia di sana, dan jika sebaliknya akan menderitalah ia.

Bagi umat Islam kematian bukanlah akhir segala-galanya. Kematian hanyalah sekedar perpindahan dari alam amal ke alam pembalasan. Di alam akhirat kita tidak dapat menambah amal baik kita lagi walaupun sebesar zarrah, demikian juga dgn usaha untuk pengampunan dosa. Segala amalan manusia terputus kecuali tiga perkara. Itupun hanyalah sekedar kesan dari amalan-amalannya ketika di dunia dahulu, yaitu: 1. Sadakah Jariah 2. Ilmu yang bermanfaat 3. Anak Salih yang Mendoakannya

Yg dimaksudkan dgn anak yang salih ialah anak kandungnya, baik yg lelaki ataupun wanita, cucunya dari anak lelaki ataupun cucunya dari anak perempuan. Ibu-bapa akan terus mendapat ganjaran pahala dari segala amalan baik dan doa-doa mereka. Anak cucu yang salih setiap waktu mendoakan orang tua mereka agar mendapat ampunan Allah, rahmat Allah, derajat yg tinggi & lipat ganda pahala di sisi Allah SWT.

Berbakti kepada Ibu-bapa setelah mereka wafat
Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Saa’idi (ra) berkata: Ketika kami sdg duduk-duduk dgn Rasulullah SAW tiba-tiba datang seorang lelaki dari Bani Salamah, lalu berkata: “Ya Rasulullah, adakah masih ada lagi bakti yg dapat aku lakukan kepada ibu-bapaku setelah mereka berdua wafat?” Jawab Rasulullah SAW: “Ada, yaitu: Mendoakan mereka, memohon ampunan untuk mereka, melaksanakan wasiat mereka, menghubungkan silaturrahmi yg tidak mungkin sampai kepadamu kecuali dgn mereka, memuliakan sahabat karib mereka.” [HR Abu Daud, Ibnu Majah & Ibnu Hibban]

Selain kandungan hadis di atas, kita juga boleh bersedekah untuk mereka, dan sadakah itu dapat memberi manfaat kepada mereka. Ini berdasarkan hadis berikut:
Dari Abu Hurairah (ra) berkata: “Seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah SAW: Sesungguhnya ayahku telah wafat, beliau tidak berwasiat apa-apa, adakah dapat memberi manfaat kepadanya jika aku bersadakah untuknya?” Jawab Nabi SAW: “Dapat.” [HR Muslim, Ahmad dan An-Nasa’i]

Kita juga boleh menyempurnakan nazar mereka, zakat, haji, melunasi hutang mereka. Demikian juga dengan menghubungi kaum kerabat/saudara dan sahabat-sahabat karib mereka adalah juga termasuk ke dalam berbuat bakti/ihsan kepada mereka. Ini berdasarkan hadis-hadis di bawah ini:
Dari Abdullah bin Omar, berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya jenis bakti (kepada kedua ibu-bapa) yg paling baik ialah anak yg menghubungi keluarga orang yg paling dikasihi oleh bapaknya.” [HR Muslim]

>>>Berbakti kepada Kedua Orang Tua Lebih Didahulukan atas Jihad & Hijrah!
Read more »

 
Powered by Blogger